Jayapura,- Bertempat di Asrama Maro Merauke Padang Bulan, Kota Jayapura, Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Hutan dan Hak Masyarakat Adat (AMPERAMADA) Papua menggelar Nonton dan diskusi Film Dokumenter berjudul Asu Pemige , Sawa Pemige (Siang Berganti, Malam Berganti) pada Sabtu, 03 Februari 2024.
Kegiatan diawali dengan pemutaran film dokumenter dan dilanjutkan dengan diskusi. Dalam diskusi Tasya Manong sebagai pemantik menceritan proses mengawal sidang gugatan Frengky Woro di PTUN Jayapura selama hampir 7 bulan. “Kegiatan waktu penyerahan gugatan kita aksi bersama dan selanjutnya hampir tiap minggu memobilisasi massa untuk mengawal sidang gugatan. Kadang yang datang banyak, kadang sedikit. Tapi semangat mengawal selalu ada” ujar Tasya Manong. Walaupun dirinya menyatakan kekecewaannya bahwa gugatan Frengky Woro ditolak oleh Majelis Hakim PTUN Jayapura pada tanggal 02 November 2023 lalu.

“Kami aksi pada tanggal 6 November 2023 lalu kami melakukan aksi damai ke PTUN Jayapura dengan tuntutan mendesak untuk dilakukannya banding terhadap kasus ini oleh para penasehat hukum Frengky Woro. Mendesak untuk dilaporkannya majelis hakim kepada Badan Pengawas Mahkamah Agung” tukas mantan alumnus Universitas Muhamadiyah Papua (UMP).
Sementara itu Rudi Jafata yang juga merupakan seorang pegiat lingkungan mengatakan bahwa dengan kondisi sekarang ini, para mahasiswa pemuda tidak bisa tinggal diam terkait dengan hak-hak masyarakat adat dan keadilan ekologis. “Tanah Papua penuh dengan Sumber Daya Alam yang melimpah baik diatas tanah maupun didalam tanah. Tentu saja ini akan menarik datangnya investor baik regional maupun internasiona. Maka ketika terjadi ketidaksepakatan atau tidak transpransi dalam prosesnya maka akan memicu konflik hak atas tanah , baik antara masyarakat adat dan masyarakat adat, maupun masyarakat adat dan perusahaan serta konflik sosia” ujar Rudi Jafata, mahasiswa Universitas Cendrawasih.
Maka dirinya mengingatkan bahwa sebaga mahasiswa sudah semestinya menjadi garda terdepan membela hak-hak masyarakat adat dan menjaga wilayah adat, karena sebagai mahasiswa maka telah belajar banyak teori di kampus ataupun dalam berorganisasi.
“Jika kita tidak bergerak dan mengorganisir diri, jangan sampai 15-20 tahun kedepan kita akan menyesal karena kita tidak melakukan sesuatu” pungkas Rudi Jafata.
Kegiatan diakhiri dengan pembacaan puisi oleh Insya Wakum , Kordinator Ecodefender dan foto bersama. Acara nonton dan diskusi dihadiri sekitar 30 orang yang terdiri dari perwakilan Sahabat Kowaki, Voulenteer Greenpeace Base Jayapura, Ecodefender , Asrama Maro, Asrama Putri Nabire. (admin)