Papua merupakan wilayah bagian Timur Indonesia yang memiliki biodiversitas sangat tinggi. Bahkan, Papua juga menjadi habitat untuk spesies-spesies fauna khas Australis seperti mamalia marsupialia dan beberapa jenis burung. Pada tahun 2012, daratan Papua didominasi oleh hutan alam yang mencapai sekitar 86% dari luas daratan2. Pada tahun 2014 menunjukkan hutan alam di Bioregion Papua mencapai 83% daratan 1. Sampai dengan tahun 2017, terjadi pengurangan luasan hutan (deforestasi) seluas 189,3 ribu hektare/tahun antara tahun 2013-2017. Praktis, hingga tahun 2017 luas hutan alam di Papua sekitar 33,7 juta hektare atau 81% daratan.
“ Bertutur tentang hutan, berarti kita tidak bisa dapat memisahkan masyarakat adat. Masyarakat adat merupakan entitas yang kehidupannya bergantung dan berkaitan langsung dengan hutan.”ujar Bernadus Koten Rabu, (9/8/2023).
“ Sayangnya, Hutan Hujan di Tanah Papua kini menghadapi ancaman serius dari alih fungsi lahan untuk perkebunan skala besar, pertambangan , illegal logging dan masih banyak lagi yang kemudian berpotensi menyebabkan deforestasi, kerusakan ekologis bahkan hingga berkontribusi terhadap krisis iklim. Dugan modus pengambilan tanah adat adat secara “rahasia” dengan beralihnya hak kepemilikan tanah adat menjadi HGU tentu saja berdampak kepada penolakan oleh masyarakat adat , terutama dari marga-marga pemilik hak ulaya. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak transparan dan kredibelnya proses Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)” katanya
“ Gerakan Orang Muda Papua dalam dilihat dalam beberapa organisasi seperti di Sorong terdapat Aliansi Masyarakat Sagu (AMASA) Papua Barat, di Merauke terbentuk Aliansi Mahasiswa Rakyat Papua Selatan (AMPERA PS), di Jayapura terbentuk Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Hutan dan Hak Masyarakat Adat (AMPERAMADA) Papua serta Koalisi Selamatkan Lembah Grime Nawa, Di Kabupaten Sorong munculah Gerakan Malamoi. Apa yang terjadi diatas ada beberapa gambaran situsai gerakan orang muda yang sebagai garda terdepan masyarakat adat Papua.”ungkapnya
Lanjut Anastasya Manoang pada momen peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia yang jatuh pada tanggal 09 Agustus 2023, maka Kowaki Tanah Papua menyatakan:
Kowaki Tanah Papua memberikan apreasiasi yang sebesar-besarnya kepada Orang Muda Papua yang yang sedang mendorong proses “Keadilan Iklim dan Keadilan Antar Generasi” yang hingga hari ini terus mempertahankan wilayah adat di Tanah Papua dari ancaman perampasan lahan, deforestasi dan kerusakan lingkungan.
Kowaki Tanah Papua menyerukan kepada semua Orang Muda Papua di Tanah Papua agar memperluas konsolidasi, membangun jaringan dan bersatu dalam mempertahakan dan menyelamatkan wilayah adat (tanah adat, hutan hujan , pesisir dan SDA terkandung didatas dan didalam tanah) ditengah ancaman praktik oligarki dan korporasi dengan “karpet merah” UU Cipta Kerja (Omnibus Law) yang liberal. (admin)